Earnings Response Coeffecient (ERC)



Salah satu informasi dalam laporan keuangan yang paling banyak mendapat perhatian dari para investor dan kreditor adalah laba. Laba merupakan indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan (Suwardjono, 2010). Menurut Lev (1989), informasi yang diyakini menjadi fokus utama manajemen untuk disajikan dalam laporan keuangan perusahaan adalah laba.

Scott (2009) menyatakan bahwa konsep relevansi nilai informasi akuntansi menjelaskan tentang bagaimana reaksi investor saat pengumuman informasi akuntansi yang terdapat pada laporan keuangan yang akan membuktikan bahwa kandungan informasi akuntansi merupakan isu yang sangat penting dalam proses pertimbangan pengambilan keputusan investasi. Menurut Scott (2009), indikator bahwa suatu informasi akuntansi relevan adalah dengan mengamati reaksi pemodal pada saat diumumkannya suatu informasi yang tercermin dari perubahan harga saham.

Penelitian Ball & Brown (1968) mengawali penelitian tentang penggunaan informasi akuntansi berupa laba sebagai pertimbangan dalam mengambil keputusan, dimana hasil penelitian tersebut menemukan bahwa perubahan harga saham bergerak sesuai dengan ekspektasi investor akan laba di masa mendatang, sehingga nilai informasi yang diungkapkan mengenai pengumuman angka laba akan mempengaruhi tingkah laku investor dalam mengambil keputusan. Namun Lev (1989) menyatakan bahwa laba memiliki keterbatasan yang mungkin dipengaruhi oleh asumsi perhitungan dan juga kemungkinan manipulasi yang dilakukan oleh manajemen perusahaan, sehingga dibutuhkan informasi selain laba untuk memprediksi return saham perusahaan. Konsep yang menunjukkan hubungan antara laba dan return saham disebut dengan koefisien respon laba (Earnings Response Coefficient – ERC). Scott (2009) mendefinisikan ERC sebagai berikut:

“An earnings response coefficient measure the extent of a security’s abnormal market return in response to the unexpected component of reported earnings of the firm issuing that security.”

Suwardjono (2010) memberi penjelasan bahwa ERC adalah kepekaan return saham terhadap unexpected earnings, yang mempresentasi informasi yang belum tertangkap oleh pasar sehingga pasar akan bereaksi pada saat pengumuman laba. Reaksi investor terhadap informasi laba yang disajikan dalam laporan keuangan berbeda-beda. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga pasar (return saham) perusahaan. Scot (2009) menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang menyebabkan respon pasar yang berbeda-beda terhadap laba, yaitu:

a.  Persistensi laba
Nilai ERC diprediksi lebih tinggi jika laba perusahaan lebih persisten di masa depan.
b.  Beta
Beta mencerminkan resiko sistematis. Investor akan menilai laba sekarang untuk memprediksi laba dan return di masa yang akan datang. Jika future return tersebut semakin beresiko, maka reaksi investor terhadap unexpected earnings perusahaan juga semakin rendah.
c.  Struktur Permodalan perusahaan
Struktur permodalan perusahaan juga berpengaruh terhadap ERC, dimana peningkatan laba pada perusahaan yang memiliki tingkat leverage tinggi, mengindikasikan bahwa perusahaan semakin baik bagi kreditur dibandingkan bagi investor sehingga menyebabkan tingkat ERC lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki leverage rendah.
d.  Kualitas laba
Jika kualitas laba semakin baik, maka respon investor terhadap pengumuman laba akan semakin meningkat, sehingga nilai ERC akan semakin tinggi.
e.  Growth opportunities
Perusahaan yang memiliki growth opportunities diharapkan akan memberikan profitabilitas yang tinggi serta lebih persisten di masa depan, sehingga ERC akan lebih tinggi untuk perusahaan yang memiliki growth opportunities.
f.   Informativeness of price.
Informativeness of price (keinformatifan harga pasar) sering diproksi dengan ukuran perusahaan, karena semakin besar perusahaan semakin banyak informasi publik yang tersedia mengenai perusahaan tersebut. Dengan demikian, semakin tinggi informativeness harga saham, maka kandungan informasi dari laba akuntansi semakin berkurang. Oleh karena itu, ERC akan semakin rendah jika informativeness harga saham meningkat.


loading...

0 komentar:

Post a Comment