Baitul Maal wa Tamwil (BMT)
merupakan suatu lembaga yang terdiri dari dua istilah, yaitu Baitul Maal dan
Baitul Tamwil. Baitul Maal lebih mengarah pada usaha-usaha pengumpulan
dana dan penyaluran dana yang nonprofit, seperti : zakat, infaq, dan sedekah.
Adapun Baitul Tamwil sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran
dana komersial.
Menurut Andri Soemitra Baitul Maal wa Tamwil (BMT) adalah kependekan dari kata Balai Usaha Mandiri Terpadu atau Baitul Maal wa Tamwil, yaitu lembaga keuangan mikro (LKM) yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip Syariah. Sedangkan menurut Mu’alim dan Abidin menyatakan bahwa Baitul Maal wa Tamwil (BMT) adalah kelompok swadaya masyarakat sebagai lembaga ekonomi rakyat yang berupaya mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dengan sistem bagi hasil (profit sharing) untuk meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha kecil dalam upaya pengentasan kemiskinan.
Menurut Andri Soemitra Baitul Maal wa Tamwil (BMT) adalah kependekan dari kata Balai Usaha Mandiri Terpadu atau Baitul Maal wa Tamwil, yaitu lembaga keuangan mikro (LKM) yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip Syariah. Sedangkan menurut Mu’alim dan Abidin menyatakan bahwa Baitul Maal wa Tamwil (BMT) adalah kelompok swadaya masyarakat sebagai lembaga ekonomi rakyat yang berupaya mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dengan sistem bagi hasil (profit sharing) untuk meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha kecil dalam upaya pengentasan kemiskinan.
Menurut Pusat Inkubasi Usaha Kecil (PINBUK) BMT adalah balai usaha mandiri terpadu yang isinya berintikan bay al-mal wa al-tamwil dengan kegiatan mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha kecil bawah dan kecil dengan antara lain mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya. Selain itu, Baitul Maal wa Tamwil (BMT) juga menerima titipan zakat, infak, sedekah serta menyalurkannya sesuai dengan peraturan dan amanahnya.
baca juga: Prinsip-prinsip dan Produk Inti Baitul Maal Wat Tamwil
Dasar Hukum dan Peraturan Hukum BMT
Pesatnya aktivias ekonomi masyarakat berbasis
syariah membuat kehadiran regulasi yang mandiri menjadi sebuah keniscayaan.
Bank-bank Syariah dan BPRS tunduk pada peraturan Bank Indonesia. Sedangkan Lembaga
Keuangan Mikro (LKM) dalam bentuk BMT hingga saat ini belum ada regulasi yang
mandiri dan realitasnya berbadan hukum koperasi sehingga tunduk terhadap
peraturan perkoperasian. Sedangkan ditinjau dari segmen usahanya BMT juga
termasuk UKM karenanya juga mengikuti peraturan peraturanterkait bembinaan dan
pengembangan usaha kecil.
Hingga saat ini status kelembagaan atau badan hukum yang memayungi keabsahan BMT adalah koperasi. Hal ini berarti kelembagaan BMT tunduk pada Undang-Undang Perkoperasian Nomor 17 tahun 2012 dan secara spesifik diatur dalam Keputusan Menteri Negara Koperasi dan UKM RI Nomor 91/Kep/M.KUKM/IX/2004 tentang petunjuk pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasai Jasa Keuangan Syariah (KJKS).
Sumber:
Nurul
Huda,Mohamad Heykal, ”Lembaga Keuangan Islam Tinjauan Teoretis dan Praktis”,Kencana,
Jakarta, 2010
EuisAmalia, “Keadilan
Distributif Dalam Ekonomi Islam Penguatan Peran LKM dan UKM di Indonesia”, Rajawai,
Jakarta, 2009
loading...
0 komentar:
Post a Comment